Citizen Journalism dari Abbyanto (Pusamania Sempaja)

Persiba Balikpapan, pernah nebeng Stadion Segiri Samarinda, inilah aib bagi sebagian suporter Persiba.
PT Putra Samarinda Indonesia bahkan sudah sejak 2010 berdiri di banding PT Balikpapan Kick Off yang harus dipersiapkan sembari kejar-kejaran dengan batas waktu pendaftaran Agustus 2011. Persisam juga tidak pernah telat membayar gaji. Apa lagi yang kurang?
Sebenarnya bukan soal kenapa Persiba mendapatkan poin kepala sembilan. Tapi tulisan ini lebih kepada sistem metode penilaian seperti apa yang dilakukan PSSI sehingga Persisam bisa mendapatkan poin lebih rendah dari Persiba.
Seperti diketahui bahwa Persiba memiliki home base yang jauh dari kata layak untuk sebuah klub profesional. Lagi pula, berita yang didapat salahsatu situs unofficial Beruang Madu itu harus dipertanyakan sumbernya. Opini yang coba digiring mereka, seakan-akan Persisam hiri dengan nilai sembilan Persiba.
Hmmm, Maybe adminnya disana cuma online beharap sumber dari media lain terus copas dengan sedikit edit plus bahasa jurnalis yang kacau, tanpa tahu kondisi dilapangan seperti apa. Hal ini diperkuat, mengingat informasi nilai verifikasi PSSI keluar dari Presiden Direktur Persisam (Tidak ada satupun media nasional yang mendapat rilis nilai tersebut).
Sedikit mengingatkan suporter tetangga (sekalian belajar untuk menghargai sejarah klub, haha), dimusim pertama ISL, Persiba pernah menjadi tim musafir yang “numpang” laga home di Stadion Segiri Samarinda. Itu dikarenakan stadion Oersiba tidak layak menggelar laga sekelas ISL. Setelah 3 musim berjalan tidak ada perubahan berarti dari stadion persiba. Setiap kali hujan maka lapangan akan menjadi sangat becek dan saat musim panas rumput stadion menguning dengan tanah yang sangat keras.
Lalu, kenapa PSSI bisa memberikan poin tertinggi kepada persiba? Apakah ada perbedaan metode penilaian antara pssi dan AFC? Apakah penilaian ini hanya didasarkan pada berkas-berkas tanpa melihat langsung kondisi sebenarnya di masing-masing klub?
Dan saya baru tau dari balikpapaner’s/gasper/balistik (banyak betul nama supporternya tapi yang nonton ke stadion setitik ky’ noda dipopok bayi hahaha) bahwa penilaian profesional itu ada pada pembayaran gaji yang tidak pernah terlambat. Saya langsung ingat salah satu tim di Malang yang sempat beberapa bulan nunggak bayar hak pemainnya dan ada dualisme kepengurusan tapi dapat poin verifikasi kepala 7. Artinya, benarkah hanya soal pembayaran hak pemain yang jadi penilaian verifikasi? Dangkal banget prosesnya ya
Itu yang dipertanyakan management Persisam dan Pusamania saat ini. Klub perlu tahu dan PSSI harus transparan mengenai hal ini. Menjadikan kompetisi 2 wilayah saja sebenarnya sudah suatu kemunduran. Masa iya harus semakin mundur lagi karena soal verifikasi ini.
Tapi apapun itu adalah tugas management meminta transparansi kepada Komite Kompetisi PSSI dan sebentar lagi akan ada verifikasi dari AFC. Dan yang jelas, hasil verifikasi AFC lebih akan menghentak apabila euforia pendukung Beruang dengan nilai 95nya saat ini, justru terkena zero tolerance. Upzzz siap-siap tisu buat mewek kawan. Salam Empat Satu.
Sumber : pusamania.org